Gw sepenuhnya adalah manusia biasa.
Emm…wanita yang mungkin dicap penuh ilusi dan alasan. Ketika gw jatuh cinta, atau sebelumnya gw mau menganalisis kenapa kata benda atau kata kerja itu dinamai “jatuh cinta”. Kata ‘jatuh’ itu sendiri identik sama rasa sakit, nyeri dan luka. Sedangkan kalo ‘cinta’ itu (katanya) penuh sama yang indah-indah, kasih sayang, rindu dan dikangeni. Kenapa harus jatuh untuk mencinta? Balik ke hal yang mau gw bahas. Ketika gw jatuh cinta atau lebih tepatnya merasa menemukan seseorang yang nyaman untuk gw bersender di pundaknya dan menceritakan lelahnya praktikum hari ini, menepuk-nepuk kepalanya, gw persis kayak kucing yang baru ngelahirin. Gw akan selalu siap mencakar siapa aja yang nyentuh orang yang gw sayang (dlm hal ini anak kucing) dan melengos pergi ketika ada orang lain yang menyentuh dan mengelus anak gw itu. Meninggalkannya. Merasa dikecewakan dan ditinggalkan. Mungkin mencari jantan lain, kawin, punya anak lagi. Yang terakhir itu khusus buat kucingnya aja, gw nya engga.
Seminggu ini, gw agresif kayak kucing abis beranak. Dan anak gw diurus orang lain. Gw menghindar dan pergi. Marah dan kecewa.
Intinya ini bukan cerita tentang kucing. Tentang hati. Bagaimanapun gw mau diakui untuk memiliki dan dimiliki, kasarnya sih gitu. Atau mungkin walau jarang bertemu, apakah gw ga boleh sekedar menjadi sesuatu yang paling dekat dan dianggap paling dekat dengan kamu?
(tertular virus cengeng)
17 Oktober 2010
Wednesday, November 24, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment